Resso Coaching Clinic Ungkap Peluang Berkarier di Industri Musik pada Era Digital

AdvertisementAds

SUARATERKINI, Jakarta – Aplikasi streaming musik sosial pertama di Indonesia, Resso, gelar Resso Coaching Clinic edisi ke empat dengan mengangkat topik “Bangun Karier Musikmu di Era Digital”, acara yang diselenggarakan secara virtual pada Kamis (27/1) lalu.

Menghadirkan musisi, pencipta lagu dan produser Ade Govinda, sound engineer serta anggota band Lomba Sihir, Wisnu Ikhsantama, dan Otti Jamalus, musisi, mentor dan pemilik Otti Jamalus Music House untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan tips seputar karier di industri musik tanah air.

Matthew Tanaya, Artist Promotions Lead Resso Indonesia mengatakan, “Perkembangan teknologi di era digital ini telah mengubah bagaimana industri musik bekerja. Setiap pelaku dan pemangku kepentingan di industri musik harus beradaptasi untuk memahami peran teknologi dalam mempengaruhi proses kreasi sebuah lagu hingga bisa diakses melalui gawai oleh pendengar.

Melalui sharing dari para pelaku industri musik di Indonesia, Resso Coaching Clinic edisi keempat berharap untuk memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana passion di bidang musik bisa membawa berbagai peluang karier bagi para penggiat musik, serta peran platform musik streaming digital untuk membantu pengembangan karier para penggiat musik di masa depan.”

Dalam acara bincang singkat di Resso Coaching Clinic, para pembicara yang merupakan praktisi di bidang musik membagikan pandangan, informasi serta saran berdasarkan pengalaman mereka berkarier di industri musik. Simak rangkuman diskusi Resso bersama Ade Govinda, Wisnu Ikshantama, dan Otti Jamalus berikut ini.

BACA JUGA:  DAIKIN Tawarkan AC Multi S, Solusi Bagi Hunian Keluarga Modern

Memilih berkarier seratus persen di industri musik, musisi, penulis dan pencipta lagu, serta produser Ade Govinda mengajak peserta Resso Coaching Clinic untuk memahami cara kerja industri musik guna memastikan kelangsungan karier di dunia musik.

“Musisi perlu tahu cara terbaik untuk menyalurkan karyanya guna memperoleh income. Selain itu, kita juga harus paham bagaimana industri musik bekerja, termasuk musik seperti apa yang sedang digandrungi pasar saat ini dan target audience dari karya kita.”

Ade juga menekankan bahwa keberhasilan seorang musisi tidak semata-mata dinilai dari jumlah lagu yang dirilis, melainkan bagaimana musisi tersebut dapat memastikan lagu yang ada bisa terus menjangkau dan didengarkan oleh pendengar baru, setidaknya selama satu-dua tahun ke depan.

Mengambil contoh Lagu “Tanpa Batas Waktu” yang dirilis pada tahun 2020 dan menjadi OST salah satu sinetron yang tengah naik daun, Ade dan kreator konten TikTok, Elsa Japasal, mengadakan kolaborasi kreatif bersama Resso untuk membawakan versi baru dari lagu tersebut. ”

Poin yang saya sampaikan menunjukkan bahwa sebagai musisi, kita harus bisa memanfaatkan aplikasi musik streaming yang tersedia di pasaran seperti Resso dengan baik untuk mendukung karya kita,” jelas Ade.

BACA JUGA:  Percepat Vaksinasi COVID-19, Jabar Targetkan Kekebalan Kelompok Terbentuk Akhir 2021

Lain cerita bagi Wisnu Ikhsantama atau yang lebih dikenal dengan sapaan Tama, seorang sound engineer dan produser yang juga merupakan anggota band Lomba Sihir. Berbekal kemampuan yang ia pelajari secara otodidak, Tama mengawali kariernya sebagai seorang mixer dan soundman di berbagai acara pensi. Lama menghabiskan waktu di studio musik,

Tama pun menyadari kecintaannya pada industri musik yang membuatnya memutuskan untuk berkuliah dengan mengambil jurusan sound engineer.

“Kemampuan berkomunikasi dan menjalin koneksi itu sangat penting, semudah membantu teman sehingga karya kita bisa mendapat exposure.

Bagi saya, walau digitalisasi dalam produksi musik memberikan kemudahan bagi kami sebagai pelaku industri, kemampuan komunikasi dan terkadang, kompromi, juga perlu dimiliki oleh para sound engineer untuk memastikan keinginan musisi atau artis terpenuhi,” kata Tama.

Mewakili pandangan dari sisi pengajar musik, musisi dan mentor Otti Jamalus, yang juga merupakan pendiri Otti Jamalus Music House, mengakui bahwa ada banyak tantangan yang harus dihadapi pengajar musik ketika memasuki era digital. “Belajar musik sekarang harus melek digital.

BACA JUGA:  Signify Bantu Warga Kampung Siwalankerto dengan Penerangan Lingkungan yang Lebih Baik

Sebagai mentor dan guru, tugas kami adalah memberi pengaruh dan contoh yang baik, termasuk belajar dan memahami perkembangan teknologi musik yang ada. Murid harus didorong untuk membuat konten atau karya musik dan hal ini kami fasilitasi dengan membuat sarana recording.

Di masa pandemi ini, kami bikin konser virtual musik, seperti Jazz From Our Bedroom, Charity Concert, dan acara lainnya dari auditorium sekolah kami menggunakan platform digital, demi memotivasi para murid kami untuk terus berkarya,” ujar Otti.

Sebagai seorang pengajar, Otti mengutamakan kesiapan mental dan totalitas bermusik bagi murid-muridnya, serta menyesuaikan kurikulumnya dengan tujuan masing-masing murid dalam belajar musik.

Kehadiran platform musik streaming dan media sosial juga mengubah interaksi antara musisi atau artis dengan para penggemarnya. Era digital memudahkan mereka untuk memperkenalkan dan mempromosikan karya-karya mereka, serta memperluas jangkauan basis penggemar.

“Resso berusaha untuk dapat mengakomodasi perubahan-perubahan ini. Bagi user, kami berusaha untuk mengoptimalkan berbagai fitur yang tersedia di aplikasi kami sehingga para pengguna dapat mempersonalisasi kebutuhan musik mereka. Sedangkan bagi musisi dan artis, Resso memberikan dukungan melalui kampanye musik, playlist, dan tentunya fitur komen yang dapat dimanfaatkan untuk berinteraksi langsung dengan penggemar,” tutup Matthew.