SUARATERKINI, Jakarta – Setelah menghabiskan perjalanan karir selama lebih dari 35 tahun sebagai musisi, arranger, produser, dan pianis, Rudy Octave telah menghasilkan sebuah karya monumental berupa buku berjudul “Indonesia Darurat Irama”.
Buku ini merupakan dedikasinya dalam menelusuri sejarah panjang dan evolusi irama musik, terutama dalam konteks musik latin yang memiliki pengaruh mendalam hingga ke Indonesia.
Rudy Octave mengangkat peranan irama sebagai unsur fundamental dalam penciptaan musik dan tarian, serta menggali hubungan antara irama dan identitas budaya dalam perspektif sejarah dan modernitas.
Di dalam buku “Indonesia Darurat Irama”, Rudy Octave mengeksplorasi dampak kolonialisme Eropa yang membentuk arus musik latin di Amerika.
Proses akulturasi dan asimilasi budaya Eropa, terutama dari Spanyol, Prancis, dan Portugal, telah menghasilkan masyarakat baru yang dikenal sebagai bangsa Mestizo di Amerika Selatan dan Brasilieros di Brasil.
Dari sinilah irama musik latin, seperti salsa, bolero, samba, dan tango, berkembang dan merambah dunia, termasuk hingga ke Indonesia. Rudy secara rinci mengidentifikasi dan mendokumentasikan 161 jenis irama musik latin, lengkap dengan sejarah dan asal-usulnya, sebagai bukti kepentingan irama dalam kemajuan musik dan tari yang memiliki identitas yang khas.
Rudy berpendapat bahwa irama merupakan inovasi penting dalam seni musik. Tidak hanya menghidupkan musik itu sendiri, irama juga berperan sebagai fondasi koreografi tarian, membentuk gerakan yang khas dan pasti.
Rudy menyebutkan bahwa irama yang memiliki nama dan dokumentasi akan memudahkan proses pengenalan, komunikasi, dan pemahaman jenis musik.
Hal ini juga membuka ruang bagi masyarakat untuk mengenal dan mengapresiasi asal-usul budaya di balik irama tersebut, menjadikannya sebagai bagian dari identitas sosial dan budaya.
Sebagai contoh, irama salsa dengan tari salsa, bolero dengan tarian bolero, hingga samba dan tango yang semuanya memiliki bentuk tarian yang ikonik.
Lebih jauh, Rudy menyoroti pentingnya teknologi dalam pendokumentasian nama dan struktur irama. Menurutnya, dengan perkembangan internet, website, mesin pencari, hingga sistem kecerdasan buatan (AI), pendataan dan akses informasi tentang seni musik menjadi semakin mudah.
Hal ini mendorong persebaran seni dan budaya yang unik beserta pola bunyian khas, yang akhirnya memperkaya khazanah seni di masyarakat luas.
Acara peluncuran buku “Indonesia Darurat Irama” berlangsung pada Senin, 28 Oktober 2024, di Resto Rejo, Jakarta Selatan. Rudy Octave memberikan sajian budaya yang memukau, memadukan irama latin dengan musik tradisional Indonesia.
Salah satunya adalah lagu daerah suku Dayak Kanayatn dari Kalimantan Barat berjudul “Lenggon” yang dibawakan oleh kelompok Laskar Dayak, serta lagu Sunda dari Jawa Barat, “Rahwana Gandrung” yang dipentaskan oleh Ki Dalang Bubun Subandara.
Dengan memadukan lagu-lagu ini dalam irama Ska – salah satu irama musik latin yang terkenal – Rudy mempersembahkan interpretasi yang menggugah terhadap potensi kolaborasi antara musik tradisional Indonesia dan musik latin.
Melalui “Indonesia Darurat Irama”, Rudy Octave membuka mata kita akan realitas bahwa Indonesia, dengan keberagaman budaya dan ratusan suku bangsa serta instrumen musik tradisional, belum memiliki pencatatan baku atas irama asli Nusantara.
Buku ini diharapkan mampu menjawab ketidaktahuan masyarakat, penikmat musik, dan praktisi seni terhadap keberagaman irama di Indonesia yang masih jarang dibicarakan dan belum terdokumentasi dengan baik.
Rudy juga memberikan pendekatan baru terhadap pemahaman teori musik, membongkar mispersepsi serta memperjelas esensi irama sebagai kekayaan intelektual budaya yang patut dilestarikan.
Proses ini, menurut Rudy, bukan hanya upaya artistik tetapi juga bagian dari pelestarian budaya, menjadikan musik sebagai warisan bangsa yang bisa dikenang dan diapresiasi oleh generasi mendatang.
Dengan terbitnya “Indonesia Darurat Irama”, Rudy Octave telah menciptakan jembatan bagi musik latin dan musik tradisional Indonesia, memperlihatkan bahwa musik adalah bahasa universal yang menghubungkan budaya-budaya yang berbeda.