SUARATERKINI, Jakarta – Stunting merupakan masalah kesehatan serius yang memengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak-anak. Masalah ini umumnya disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, serta akses terbatas terhadap layanan kesehatan yang memadai.
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), stunting dapat menimbulkan dampak jangka panjang, seperti gangguan kecerdasan, rendahnya produktivitas, dan kualitas hidup yang buruk. Oleh karena itu, isu ini menjadi perhatian utama dalam mendukung pembangunan generasi yang sehat dan kompetitif.
NoLimit Indonesia, perusahaan teknologi Big Data dan AI yang telah berpengalaman selama lebih dari 14 tahun, melakukan pemantauan terhadap pembicaraan dan pemberitaan terkait stunting di media sosial serta media online.
Pemantauan ini dilakukan dari 1 Agustus hingga 25 November 2024. Berdasarkan data yang dikumpulkan, NoLimit Indonesia mencatat sebanyak 23.135 percakapan di media sosial dan 12.165 pemberitaan di media online mengenai topik ini.
Menurut Aqsath Rasyid Naradhipa, CEO NoLimit Indonesia, kesadaran masyarakat terhadap stunting sudah cukup tinggi. “Sebanyak 68% dari seluruh percakapan dan pemberitaan menunjukkan bahwa masyarakat memahami dampak utama stunting, yaitu terganggunya tumbuh kembang anak,” ungkapnya, Jumat (6/12/2024).
Analisis menunjukkan peningkatan signifikan dalam pembicaraan terkait stunting pada Oktober 2024, dengan kenaikan tiga kali lipat dibanding bulan sebelumnya.
“Peningkatan ini bertepatan dengan pelantikan pemerintahan baru, yang mencerminkan adanya harapan baru terhadap program-program penanganan stunting,” tambah Aqsath.
Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Penanganan Stunting
Data NoLimit Indonesia juga mengungkapkan bahwa 50% persepsi masyarakat terhadap upaya pemerintah dalam menangani stunting berkaitan dengan program makan gratis untuk anak sekolah. Sementara itu, 63% dari peran masyarakat dipersepsikan sebagai upaya edukasi terkait stunting melalui media sosial.
“Data ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah diharapkan menjalankan program-program yang efektif, sementara masyarakat dapat berkontribusi melalui edukasi yang masif di media sosial,” kata Aqsath.
Namun demikian, terdapat kritik terhadap beberapa kebijakan pemerintah. Sebanyak 57% percakapan kontra menilai bahwa program makan gratis di sekolah masih belum tepat sasaran dan belum menjangkau kelompok yang benar-benar membutuhkan.
NoLimit Indonesia juga mencatat sejumlah solusi yang diusulkan oleh masyarakat. Sebanyak 47% netizen menyarankan agar pemerintah meningkatkan jumlah tenaga medis, terutama dokter, di daerah terpencil.
Selain itu, 22% lainnya menyoroti pentingnya reformasi birokrasi agar masyarakat miskin dan terpencil dapat mengakses layanan kesehatan dengan lebih mudah dan fasilitas yang lebih baik.
“Harapannya, pemerintah dapat lebih mendengar aspirasi masyarakat, khususnya melalui media sosial. Di sisi lain, masyarakat juga diimbau untuk menggunakan media sosial secara bijak sebagai sarana komunikasi dengan pemerintah, sehingga isu stunting dapat ditangani dengan lebih tepat sasaran,” tutup Aqsath.
Stunting bukan hanya masalah kesehatan, melainkan juga tantangan sosial yang memerlukan kerja sama lintas sektor untuk menciptakan generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan kompetitif di masa depan.