Suaraterkini, Jakarta, Ketergantungan impor bahan bakar sebagai bahan energi harus segara dikurangi bahkan dihentikan dengan cara mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT), ini merupakan tantangan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif yang baru dilantik Presiden Jokowi.
Hal tersebut dikatakan Ketua Lembaga Bantuan Teknologi (LBT) Ir Prasetyo Sunaryo MT didampingi Sekretaris Rio Rioberto Sidauruk di DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Jakarta, (24/10).
Prasetyo mengatakan pemerintah telah melakukan perjanjian Paris 2015 untuk mencapai sasaran 23% EBT pada tahun 2025, tentu ini akan menimbulkan konsekuensi jika tidak tercapai perjanjian Paris tersebut.
“Sebab itu, Pak Arifin Tasrif untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam membangun EBT, apalagi Presiden Jokowi juga telah mengingatkan pentingnya EBT,” ucap dia.
Indonesia sebagai negara tropis, lanjutnya mempunyai kondisi memperoleh sinar matahari sepanjang tahun, dengan kondisi geografis seperti itu seharusnya Indonesia semaksimal mungkin memprogramkan kemandirian energi, tuturnya.
Ia mencontohkan negeri Belanda dengan geografis yang memiliki angin begitu besar dimanfaatkan sebagai tenaga listrik dengan membuat kincir angin.
Prasetyo mengakui pembangunan EBT begitu mahal dan memang perlu disubsidi pemerintah. Namun demikian, pembangunan EBT agar tidak dibandingkan dengan biayanya, tapi melihat manfaatnya dalam jangka panjang dan tidak ketergantungan bahan bakar impor untuk energi kita, pungkasnya.