SUARATERKINI, Manggar – Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Belitung Timur menggelar Focus Discussion Group (FGD) bersama Litbang Kompas selama dua hari, tanggal 17-18 Juni 2020. FGD ini bertujuan untuk menggali indeks potensi ekonomi daerah secara sektoral.
Berbeda dari FGD biasa yang berupa pemaparan makalah atau menjelaskan suatu masalah oleh narasumber, maka FGD kali ini bersifat mendengarkan masukan dari lintas sektor untuk kemudian menjadi bahan kualitatif.
“FGD ini dalam konteks sebagai sebuah metode riset karena pada dasarnya FGD adalah metode riset yang sifatnya kualitatif. Nah, disini dari Bappeda Kabupaten Beltim sedang melakukan analisis input-output,” ujar Peneliti Utama Litbang Kompas, BE Satrio, Jum’at (18/6).
Satrio menjelaskan, data kuantitatif sudah cukup memadai terutama yang bersumber dari BPS maupun Bappelitbangda sendiri.
Meskipun data kuantitatif tersebut masuk dalam analisa, namun secara komprehensif juga didapatkan dari hasil FGD nantinya.
“Namun, yang berusaha kita lengkapi dalam analisis input-output adalah pendekatan atau mencari penyebab why dan how. Itulah yang kita lakukan dengan pendekatan kualitatif dan metode FGD,” jelas Satrio.
“Biasanya FGD lebih banyak penyaji makalah, disini sebaliknya dari pelaku pembangunan di daerah seperti pelaku usaha, pelaku pariwisata, UMKM, gapoktan hingga pemerintah daerah sendiri,” imbuhnya.
Masukan dari mereka kemudian didengar untuk mencari dan mengetahui akar permasalahan. Menariknya, akar masalah yang muncul dalam FGD seringkali tidak mengemuka apabila disajikan dalam bentuk data angka.
Sebab, FGD sebagai metode riset akan menampilkan sisi curahan hati, komunikasi yang kurang dan lain sebagainya.
“Harapannya adalah mendapatkan pendekatan analisis input output yang lebih menyeluruh lagi. Bukan sekedar angka tapi penyebabnya disebalik itu,” lanjut Satrio.
Menurut Satrio, Pemerintah daerah Kabupaten Beltim sudah melangkah lebih awal dalam penelitian potensi di daerah yakni dengan menggabungkan dua pendekatan sekaligus yakni kuantitatif dan kualitatif.
“Ini jarang dilakukan dan ini (FGD metode riset) dari 500 lebih Kabupaten kota, pengalaman saya baru Beltim yang mulai melakukan dua pendekatan sekaligus, kualitatif dan kuantitatif,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bappelitbangda Kabupaten Beltim, Bayu Priyambodo membeberkan alasan bahwa FGD sebagai metode riset dipilih karena Bappelitbangda juga menjadi OPD yang menjalankan urusan penelitian dan pengembangan daerah.
“Ini (FGD) baru dapat dilaksanakan, bahwa Bappeda tidak hanya menjalankan urusan perencanaan dan pengendalian pembangunan tapi sudah diamanatkan menjalankan urusan penelitian dan pengembangan daerah,” jelas Bayu.
Dipilihnya Litbang Kompas sebagai lembaga yang membantu mencari akar permasalahan karena Balpelitbangda sejauh ini masih kekurangan tenaga fungsional peneliti.
“Beltim belum memiliki fungsional peneliti, sehingga sesuai amanat kita bisa bekerjasama dengan lembaga penelitian atau kampus yang memiliki peneliti,” ujar Bayu.
Menurutnya, karena yang diteliti adalah indeks potensi ekonomi daerah secara sektoral, maka pihaknya berharap Litbang Kompas yang memiliki lebih banyak pengalaman untuk riset di lapangan dapat bekerjasama dengan baik.
Bayu berharap, metode riset FGD yang diarahkan untuk menggali potensi ekonomi berbasis sektoral akan menghasilkan input diantara sektor yang kemudian menjadi output di sektor lainnya.
“Sehingga pembangunan di sektor ekonomi tidak sendiri tapi saling keterkaitan. Dengan penyusunan indeks ini, penempatan anggaran sudah sesuai dengan kajian. Jadi keuangan daerah yang terbatas ini bisa lebih efektif dan efisien dalam mencpai tujuan pembangunan daerah,” pungkasnya. (wil)