Suaraterkini, Tangerang,- Hoaks atau berita bohong yang beredar di media sosial bukannya berkurang, tetapi justru makin bertambah banyak dalam bentuk yang tidak dibayangkan sebelumnya karena perkembangan teknologi. Di sisi lain, remaja, sebagai kelompok masyarakat yang akrab dengan media sosial itu rentan dengan penyebaran dan efek negatif hoaks tersebut. Ini disebabkan minimnya informasi mengenai cara kerja media sosial itu sendiri dan juga karakter remaja yang kreatif sekaligus spontan.
Hal tersebut dikatakan dosen Universitas Mercu Buana (UMB) Wenny Pahlemy dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan judul ”Remaja Cerdas tanpa Hoaks” di SMKN 1 Tangerang yang berlokasi di jalan Perintis Kemerdekaan II Cikokol Kota Tangerang Banten (24/2).
Kegiatan yang diikuti lebih dari 40 siswa dan siswi ini dimaksudkan agar siswa mampu mengidentifikasi hoaks, menahan diri untuk tidak menyebarkannya, serta mau aktif menangkal penyebaran hoaks tersebut di lingkungan mereka, kata Wenny.
Kenapa demikian, Menurutnya Siswa-siswi tersebut sebagian besar menggunakan media sosial selama 4 hingga 8 jam sehari. Minimal mereka memiliki 4 akun media sosial yang aktif mereka gunakan. Sebagian besar pernah menyebarkan hoaks di media sosial dengan alasan berturut-turut, yakni iseng atau bercanda, tidah tahu bahwa itu hoaks, dan ingin menguji ketelitian anggota grup.
Dalam kegiatan tersebut, peserta berlatih menggunakan tool untuk mengidentifikasi hoaks. Peserta juga mengenal langkah-langkah menangkal hoaks bagi diri sendiri dan lingkungan terdekat mereka.
Di akhir acara, peserta menuliskan komitmen mereka, yakni antara lain mulai membaca isi berita/artikel dan berhenti untuk menyimpulkan suatu berita hanya membaca dari judulnya. ” Kami mengajak generasi muda mulai peduli dengan hoaks dan tidak hanya mendiamkannya serta berhenti untuk tidak peduli terhadap berita bohong”, tutup Wenny.