SUARATEEKINI, Jakarta – Pemerintah pastikan stok dan harga pangan memasuki pertengahan bulan puasa atau menjelang Idulfitri aman serta cenderung stabil. Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi, usai melakukan pengecekan harga bahan pangan pokok di pasar tradisional Rawamangun, Jakarta, Senin, (3/4/2023).
“Hari ini kita bersama Pak Mendag kembali memantau harga-harga kebutuhan pangan pokok di Pasar Rawamangun. Dari sisi pasokan aman, semua pangan pokok tersedia dengan stok yang cukup, dari sisi harga relatif stabil. Memang ada beberapa komoditas yang (harganya) naik namun tidak terlalu signifikan dan tidak terpaut jauh dari Harga Acuan Pembelian/Penjualan (HAP) yang telah ditetapkan Badan Pangan Nasional,” ujarnya.
Berdasarkan hasil pemantauan, harga daging sapi tercatat Rp 140.000/kg (HAP yang ditetapkan NFA Rp 140.000/kg), daging ayam ras Rp 35.000/kg (HAP Rp 36.750/kg), telur ayam Rp 30.000/kg (HAP 27.000/kg), beras medium Rp 10.500/kg (Harga Eceran Tertinggi atau HET Rp 10.900/kg), beras premium Rp 13.000/kg (HET Rp 13.900/kg), cabai merah keriting Rp 45.000/kg (HAP Rp 37.000-55.000/kg), cabai rawit merah Rp 60.000/kg (HAP Rp 40.000-57.000/kg), bawang merah Rp 45.000/kg (HAP Rp 36.500-41.500/kg), bawang putih Rp 40.000/kg, minyak goreng (Minyakita) Rp 14.000/liter (HAP Rp 14.000/liter), dan gula konsumsi Rp 14.000/kg (HAP Rp 13.500-Rp 14.500/kg).
Dari sejumlah komoditas tersebut, Arief menjelaskan, daging sapi, daging ayam ras, cabai merah keriting, minyak goreng, dan gula konsumsi tercatat memiliki harga yang stabil dan masih berada di bawah atau sama dengan HAP. Untuk beberapa komoditas seperti telur ayam, cabai rawit merah, dan bawang merah, terpantau masih berada di atas harga acuan.
“Sedangkan untuk komoditas beras, setelah penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terbaru berdasarkan Perbadan Nomor 6 Tahun 2023, kondisi harga beras medium dan premium tadi kita cek masih berada di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan,” ujarnya.
Arief melanjutkan, untuk komoditas pangan yang harganya terpantau masih berada di atas HAP pihaknya menyiapkan sejumlah langkah mitigasi yang dikolaborasikan bersama Dinas Urusan Pangan serta Kementerian/Lembaga terkait. Diantaranya melalui peningkatan intensitas operasi pasar/ SPHP atau Gerakan Pangan Murah (GPM) yang terjadwal di seluruh provinsi di Indonesia sampai dengan Idulfitri. Selain itu, juga peningkatan pendistribusian pangan dari daerah sentra produksi ke daerah konsumsi.
“Untuk cabai misalnya, apabila terkendala di biaya transportasi kami dukung Pemerintah Daerah mengoptimalkan dana BTT atau Biaya Tidak Terduga yang bisa digunakan untuk memobiliasi stok dari daerah surplus ke daerah defisit. Badan Pangan Nasional juga memiliki program fasilitasi pendistribusian untuk stabilitasi harga, program ini bisa dikolaborasikan dengan Pemerintah Daerah, asosiasi, koperasi, atau pelaku usaha lainnya,” ujarnya.
Dalam kunjungan kerja tersebut, Arief juga merespon keluhan pedagang tentang naiknya harga garam konsumsi menjadi Rp 6.000/kg. “Garam nanti saya cek untuk memastikan informasinya. Karena angka Rp 6.000/kg itu terlalu tinggi. Untuk garam kalau (cuaca) sudah panas harganya akan baik, sedangkan kalau hujan kebalikannya,” terangnya.
Lebih lanjut, Arief memastikan, kedepannya upaya menjaga stok dan harga pangan tetap stabil sampai dengan Idulfitri akan terus digenjot pemerintah, baik melalui pemantauan stok dan harga harian maupun langkah aksi stabilisasi. Hal ini sesuai dengan perintah Presiden Jokowi yang meminta stok dan harga pangan betul-betul dijaga dari sisi stabilitas dan keseimbangannya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan pada kesempatan yang sama mengatakan, kondisi harga pangan saat ini stabil dengan stok yang banyak. Ia berharap, kondisi ini dapat tetap terjaga sampai dengan Idulfitri.
Di tengah tingginya permintaan jelang Idulfitri ini, ia juga menghimbau, agar para pedagang atau distributor tetap menjual dengan harga wajar. Menurutnya, pengawasan bersama Satgas Pangan Polri akan terus dilakukan untuk menghindari aksi penyalahgunaan yang berdampak pada kenaikan harga yang tidak wajar.
Terkait kenaikan dan tingginya harga sejumlah komoditas, ia mengatakan, hal tersebut dikarenakan meningkatnya permintaan, sementara pasokan di lapangan cenderung tetap (sama). “Untuk telur ada kenaikan karena permintaan tinggi sementara produksi tetap. Biasanya di harga Rp 27.000 sampai Rp 28.000/kg, (saat ini) ada kenaikan sekitar 5 persen, masih wajar. Kalau kenaikan tidak wajar akan kita cek,” ucapnya. (Rep/Her)